Guangzhou adalah kota yang serba-cepat, penuh rasa optimis, dan merupakan salah satu kota di China yang paling
energetik. Cobalah tinggal selama beberapa hari di sini, Anda akan melihat
segala hal modern tentang China, dan menikmati fasilitas dari sebuah negara
yang berorientasi ke masa depan. Penduduk setempat, mereka bagaikan orang
Italia-nya China yang banyak bicara, suka bergaul, ekspresif dan menyukai makanan
enak.
Pastinya, jika ada satu alasan kuat untuk mengunjungi Guangzhou
(atau Kanton), itu adalah karena kelezatan kulinernya yang terkenal. Menurut legenda,
lima dewa turun ke daerah ini di zaman kuno dengan memikul batang padi, simbol
kemakmuran. Sekeliling Guangzhou adalah sebuah
provinsi subur yang memanen padi tiga kali setahun serta menghasilkan buah buahan,
sayuran dan tebu yang melimpah. Daerah ini terutama terkenal dengan lecinya
yang sudah digemari sejak dahulu kala. Kaisar Dinasti Tang, Ming Huang, biasa
meminta dibawakan leci ke istana untuk selir kesayangannya. Penyair abad ke-11,
Su Shi, menulis “Lament for Lychees” untuk orang-orang yang kehilangan nyawa mereka demi mengangkut
buah-buahan ke utara dengan kecepatan yang sangat tinggi agar leci yang mereka
bawa tak sempat kehilangan kesegarannya.
Namun dewasa ini, produk lokal dapat dinikmati tanpa harus
terjadi korban dalam pengirimannya. Guangzhou mengklaim akan memiliki lebih
banyak restoran dan kedai teh daripada kota-kota lain di China, dan sebuah ungkapan
China “makan di Guangzhou” berarti seseorang telah berhasil mencapai puncak
kesuksesan. Survei terbaru mengungkapkan bahwa orang Kanton menghabiskan dana
tujuh kali rata-rata pendapatan nasional untuk makan di luar.
Hal ini tak mengherankan karena masakan Kanton dianggap
sebagai satu dari empat masakan utama China. Masakan Kanton juga merupakan
masakan China paling terkenal di luar negeri, berkat legiun China Selatan yang
beremigrasi ke seluruh penjuru dunia. Stir-frying
(teknik menumis dengan sedikit minyak pada
suhu tinggi) dan blanching (teknik
mencelup bahan makanan ke dalam air mendidih hingga setengah matang) adalah cara
memasak yang membuat rasa dari bahan makanan keluar. Minyak dan rempah-rempah yang
digunakan pun lebih sedikit. Makanan khas Kanton memiliki ciri daging yang dimasak
lambat, sering kali direbus dengan arak beras serta kecap dan disertai sayuran hijau
pahit yang disajikan bersama saus tiram.
Kekhasan Kanton lainnya adalah dim sum di pagi hari, menu sarapan yang terdiri atas
sejumlah makanan ringan. Makanan ini biasanya diedarkan di restoran dengan
troli, di mana pelanggan dapat langsung memilih isi menu sarapan yang mereka sukai.
Dim sum biasanya
disajikan antara jam 07.00 sampai 10.00, atau terkadang hingga setelahnya di
tempat-tempat yang lebih representatif, dan biasanya sangat ramai pada Minggu
pagi. Tentu saja, wisata ke kota ini tak akan lengkap tanpa mencicipi setidaknya
satu kali menu dim sum.
Nikmati kelezatan makanan seperti pangsit udang, lumpia, ketan, roti kukus
dengan beragam variasi isi, iga, kepiting dan bubur.
Panxi (151
Longjin West Road) dikenal sebagai restoran dim sum terbaik di Liwan Park sebelah barat kota,
yang menawarkan hidangan olahan seperti irisan kepiting hibiscus, atau sup kepiting dan kerang. Restoran Bei Yuan (202 Xiao North Road) telah
menyajikan dim sum sejak
tahun 1920-an, serta hidangan utama klasik seperti ayam dimasak dalam anggur,
dan angsa panggang. The Datong (63 Yanjiang West Road) dengan
posisi menghadap sungai, dipadati pengunjung hingga lantai sembilan, yang
datang untuk menikmati hidangan utama daging anak babi panggang. Jika Anda
ingin mencoba kaki ayam, restoran ini adalah tempat yang tepat karena kaki ayam
di sini memang lezat.
Makan di restoran di Guangzhou tidaklah murah, karenanya
banyak pelanggan yang sengaja makan dalam rangka bisnis guna menciptakan kesan
bagi mitra mereka. Namun tetap saja, biaya yang dihabiskan cukup sepadan dengan
makanan yang dapat dinikmati di samping danau yang indah, di tengah taman nan
rindang atau di bawah bayang-bayang pagoda. Di antara restoran-restoran terbaik
di kota ini terdapat restoran dengan halaman yang saling terpaut dan menu
klasiknya di Guangzhou Restaurant
(2 Wenchang South Road) serta restoran mewah bergaya colonial Tang Yuan (106 Liuhua Road),
menawarkan makanan lezat seperti daging burung dara goreng renyah dan makarel
panggang.
Restoran di dalam hotel juga tak kalah menariknya. Jade River Restaurant di White Swan Hotel mengkhususkan diri pada masakan lezat
Kanton yang disuguhkan dengan latar kolam ikan dan arsitektur kayu bergaya
oriental, sementara itu seorang tea hostess
akan mengarahkan Anda ke ruang untuk
minum teh. Juga Lai Wan Market di Garden Hotel yang bertema Kanton dahulu kala, dengan ruang
makan berbentuk perahu dan menu lezat dim
sum serta nasi.
Daging babi asam manis tidak diragukan merupakan hidangan
Kanton paling terkenal, meskipun seafood
dan ayam juga mendominasi. Namun, makanan
muslim dari minoritas Hui tidak jarang ditemui di Guangzhou, baik di restoran maupun
warung pinggir jalan. Guangzhou memiliki hubungan panjang dengan pedagang Arab;
Masjid Huaisheng di kota itu dibangun oleh para penyebar agama dari Arab pada
tahun 627 silam. Makanan khas Hui di antaranya buntut sapi rebus, daging domba
panggang, iga dan angsa renyah, dilanjutkan dengan gorengan dan buah dengan teh
manis yang sering kali mengandung kismis, kurma dan wijen.
Orang Kanton juga terkenal dengan selera petualangan mereka.
Orang asing bisa saja khawatir melihat telur hijau berusia 1.000 tahun yang
sebenarnya hanya berusia beberapa bulan, dan mendapatkan warnanya dari teh
hijau. Segala macam bagian hewan dan hewan yang tidak biasa juga dimakan, mulai
dari ular sampai lidah babi dan abalone. Sebuah gurauan China Utara mengatakan bahwa orang Kanton tak
keberatan menyantap apa saja yang memiliki kaki, kecuali meja.
Jika Anda benar-benar ingin menyelidiki berbagai jenis
masakan, Taotao Ju
Restaurant (20 Dishifu Road) menyajikan semua menu itu, dan restoran ini merupakan salah
satu restoran tradisional terbaik di Guangzhou. Anda juga dapat melahap sajian lezat
Kanton seperti bebek goreng saus tiram, kepiting bumbu jahe, ikan kukus dengan kacang
pinus, atau mungkin burung dara saus plum. Yang menyenangkan adalah, di masa
kini, Anda tidak perlu menjadi seorang selir kaisar hanya untuk menikmati makanan
terenak ini karena di Guangzhou, makanan enak ada di mana-mana.
#VisindoAgensiTama