Saat Tahun Baru Imlek tiba, segala hal menjadi bernuansa sangat
Tiongkok di Hong Kong. Di antara pemandangan sehari hari seperti bebek panggang
yang digantung, kuil dengan kepulan asap dupa, dan riuh suara gemerincing di
tempat permainan mahjong, kota ini mendadak dipenuhi nuansa perayaan khas Tiongkok.
Di sekeliling Anda, tampak lampion merah yang menyala, jaket
sutra bersulam alias tangzhuang,
dengan saku-saku yang dipenuhi amplop angpao
alias lai
see, dan bait-bait puisi yang ditempelkan di
sekitar pintu. Meja-meja perjamuan pun ditata, kembang api menghiasi angkasa,
dan udara dipenuhi doa untuk melimpahnya berkah dan rezeki.
Dan selama beberapa hari kota akan menjadi sepi—jalan-jalan tampak
lengang, dan pasar pun sepi karena ditinggalkan penduduknya untuk keluar kota, kembali
ke kampung halaman ataupun desa guna berkumpul bersama keluarga.
Perjalanan ke luar kota seperti mereka juga dapat dilakukan oleh
wisatawan. Wisata ke daerah yang tidak terlalu ramai namun dengan nuansa spiritualitas
yang kental. Kapan pun sepanjang tahun, tak hanya pada saat Tahun Baru Imlek, kita
dapat menemukan sudut-sudut di wilayah Daerah Administratif Khusus Hong Kong
seluas 1.100 km2 (meskipun relatif berdekatan) bernuansa jauh berbeda dibandingkan
pusat kota di abad ke-21 dan juga lebih tradisional, kental dengan nuansa khas
Tiongkok.
Hanya 30 menit perjalanan dari distrik Central mampu
membawa kita ke tempat yang berbeda ke kota-kota dagang di New Territories dan desa-desa nelayan di Outlying Islands.
Di sinilah kita meninggalkan suasana kota besar dan membiasakan diri dengan nuansa
Desa Hong Kong.
Salah satu perhentian kereta bawah tanah di Kowloon Bay di ujung timur pulau Hong Kong, Yau Tong,
adalah stasiun MTR raksasa yang melayani penumpang dari kawasan perumahan padat
di sekitarnya. Akan tetapi Anda dapat mengikuti rambu-rambu untuk pejalan kaki,
dan dengan berjalan kaki selama 10 menit akan membawa Anda ke pelabuhan untuk kapal-kapal
kecil, dengan Desa Lei Yue Mun yang tak jauh dari situ.
Dari kejauhan, desa ini tampak sepi namun menarik, desa berisi
bangunan bertingkat rendah dengan tempat tinggal dan gudang yang berdiri berdampingan.
Namun ketika Anda memasuki desa ini lebih jauh, Anda bisa menemukan banyak gang
tersembunyi dan berliku, dengan barisan pedagang ikan, restoran seafood, dan warung-warung kecil yang menjual biskuit
buatan sendiri atau tiram kering. Di hari kerja, gang-gang ini adalah tempat para
kuli mengangkut ikan segar ke truk-truk yang menunggu, namun di tiap akhir
pekan gang-gang ini dipenuhi warga kota yang datang untuk merasakan nikmatnya
bersantap di daerah tepi laut, seraya jeda sejenak dari restoran-restoran besar
di kota.
Di ujung lain Hong Kong, berlokasi di sekitar muara sungai
pada tepi barat Pulau Lantau, terdapat desa nelayan lain bernama Tai O yang
telah menjadi tujuan populer bagi para warga kota yang tertarik untuk mencelupkan
kakinya ke dalam sungai dari sebuah kota di masa lalu. Keunikan Tai O adalah rumah
panggung di tepi sungai alias pang
uk, papan titian, serta toko-toko ikan asin
dan terasinya. Banyak dari 300 bangunan di sana dilapisi seng sebuah tindakan pencegahan
kebakaran yang dilakukan setelah sepertiga desa tersebut habis dilalap api pada
tahun 2000, hingga mengakibatkan 90 keluarga kehilangan tempat tinggal.
Yang patut diketahui tentang Tai O ini adalah tersedianya kemudahan
akses untuk menikmati tamasya di atas air. Perahu wisata beroperasi di desa tersebut
hingga ke Sungai Pearl yang merupakan muara pantai; perahu kayak pun tersedia
bagi mereka yang ingin membakar kalori, dan sejumlah perjalanan wisata malah
mencapai daerah yang jauh ke tengah laut guna mendapatkan penampakan lumba-lumba
pink.
Di kawasan bebas kendaraan bermotor Pulau Cheung Chau, suasananya sungguh berbeda. Sebuah kota kecil nan dinamis
berada di tengah pulau dengan pelabuhan dan dermaganya yang selalu sibuk serta
pantai di sisi lainnya. Dari kota penghubung ini, tersedia akses ke segala penjuru,
baik ke menara pandang di sebelah utara, pantai terpencil di bagian selatan, dan
gua yang dahulu pernah ditempati oleh bajak laut (sayangnya, tidak terdapat
peti harta karun) di sebelah barat daya.
Kini, yang mungkin Anda temui di Hong Kong hanyalah
barang-barang murah di pasar terbuka Kowloon. Perairan dan daratan ini memang
memiliki banyak daya tarik untuk beragam jenis barang selama berabad abad. Para
perampok di masa lalu telah memaksa banyak warga desa di lembah lembah dan dataran
rendah di bagian utara Hong Kong ini untuk membangun basis pertahanan sejak
seabad lalu.
Kat Hing Wai adalah contoh utama dari desa benteng di New Territories. Namun sayangnya, letak desa ini agak terpencil. Selain
daya tarik para nenek dengan topi lebar tradisional yang ditutup kain, dan duduk
di pintu gerbang (sebagai objek foto berbayar HKD10 per model!), daerah ini
juga sangat menarik bagi para sejarawan sejati.
Kegiatan menyenangkan lainnya adalah Lung Yeuk Tau Heritage Trail, jalan santai selama dua jam di pedesaan mulai dari Fanling (kota
kecil di utara, yang dapat dicapai melalui Jalur Rel Timur). Kegiatan santai
ini membawa pengunjung ke beberapa desa bersejarah (lima di antaranya sudah memiliki
tembok permanen) melewati kuil-kuil kuno dan Aula Leluhur Tang Chung Ling yang telah ada sejak abad ke-16. Dan dalam perjalanan menuju
Fanling, terdapat Pasar Tai Po yang nyaman untuk tempat mampir dan makan. Di daerah inilah terdapat
Hong Kong Railway
Museum (dibangun pada tahun 1913) dan pasar kaki
lima berusia berabad-abad di mana rakyat membawa sayuran dan rempah-rempah hasil
kebun lokal untuk dijual.
Kembali ke antara menara-menara pencakar langit di pusat Kota
Hong Kong, tak jauh dari Central di mana banyak dari perjalanan kita dapat dimulai,
Anda tidak perlu jauh-jauh mencari lingkungan bersuasana desa. Cukup berjalan
dari Hollywood Road, ada distrik PoHo yang merupakan tempat bersantai penuh
gaya dengan kafe, restoran, dan butik. Dan tak terlalu jauh dari sana, Sai Ying Pun adalah simbol pedesaan di tengah kota. Distrik ini mempunyai
aneka susunan, terfokus di sekitar jalan-jalan di dataran rendah (yang
terkadang curam) lereng Victoria Peak. Selain komunitas penduduk asli, berkembang pula populasi ekspat
dan kaum “yupster” serta
kawasan kuliner yang padat sekaligus memiliki keberagaman kuliner.
Tempat ini membantu pengunjung untuk merasakan suasana
pedesaan Hong Kong sejati. Jika Anda tidak dapat mendatangi Pasar Tai Po, Anda
bisa datang ke Locofama untuk menyantap hidangan Tiongkok kontemporer yang menggunakan
bahan sayuran lokal organik; jika restoran seafood
Cheung Chau berada di luar jangkauan,
cobalah Fish School untuk menikmati ikan lokal segar pilihan dari koki David Lai. Bak
simpul kekal Tiongkok, Hong Kong sedang menantikan simpulnya diurai, dilepas,
dieksplorasi baik di pedesaannya yang terpencil, ataupun di jantung kota besarnya
yang dinamis.
#VisindoAgensiTama