Dalam
bahasa Turki
Utsmaniyah, kesultanan
ini disebut Devlet-i ‘Aliyye-yi ‘Osmâniyye (دَوْلَتِ عَلِيّهٔ عُثمَانِیّه), atau Osmanli Devleti (عثمانلى
دولتى). Dalam bahasa Turki Modern, kesultanan ini dikenal dengan sebutan Osmanli
Devleti atau Osmanli İmparatorluğu. Di sejumlah tulisan Barat, nama
"Ottoman" dan "Turkey" dipakai bergantian. Dikotomi ini
secara resmi berakhir pada tahun 1920–1923 ketika rezim Turki yang beribu kota
di Ankara memilih Turki sebagai nama resminya. Nama tersebut sudah
digunakan penduduk Eropa sejak zaman Seljuk.
Pemerintahan
Mehmed IV menandai berubahnya kekuatan sultan secara signifikan. Urusan
pemerintahan seluruhnya diserahkan kepada wazir agung. Untungnya, Köprülü
Mehmed Pasha yang menjabat sebagai wazir agung saat itu adalah administrator yang
cakap. Di bawah komandonya, Ottoman berhasil merebut kembali Kepulauan Aegea
dari Republik Venesia. Kas negara yang merosot akibat korupsi pun berhasil
diisi kembali dengan berbagai reformasi ekonomi.
Sayangnya,
penerusnya, Kara Mustafa Pasha tidak sekompeten diri Mehmed Pasha. Pasukan
Ottoman mengalami kekalahan telak di Wina pada tahun 1683. Enam belas tahun kemudian,
Hongaria yang selama ini dikuasai oleh Ottoman pun direbut oleh Wangsa Habsburg.
Di
akhir abad ke-17, ancaman baru untuk Kesultanan Ottoman pun muncul dari utara. Setelah
reformasi ekstensif, Peter I, atau Peter Agung berhasil mengubah Rusia menjadi kekuatan
besar. Pada tahun 1697, benteng pertahanan Ottoman di Laut Hitam, yakni Kota
Azov pun dikuasai oleh Rusia.
Periode
Tulip mewarnai sebagian besar pemerintahan Sultan Ahmed III yang berkuasa dari
tahun 1703 sampai 1730. Periode ini mendapatkan namanya jadi meledaknya popularitas
bunga tulip di kalangan bangsawan Ottoman saat itu. Di masa ini, Ottoman mulai
mengorientasikan jati diri mereka dengan negara-negara Eropa. Seni budaya dan
industri negara berkembang pesat. Rumah percetakan pertama Ottoman yang mencetak
buku-buku dengan aksara Arab pun baru diresmikan pada periode ini setelah akibat
sebelumnya ditahan karena masalah religius. Periode yang relatif stabil ini
akhirnya berakhir dengan pemberontakan Patrona Halil. Sultan Ahmet III pun
diturunkan dari tahtanya dan digantikan oleh Sultan Mahmud I.
Kekalahan
melawan Rusia pada tahun 1768-1774 membuat Sultan Selim III yang memerintah sejak
tahun 1789 untuk melakukan reformasi militer. Para janissary yang merasa
posisinya terancam akibat reformasi ini pun langsung menyerang Sultan Selim
III. Ia pun diturunkan dari tahtanya. Para janissary pun mengangkat Mustafa IV,
saudaranya menjadi sultan baru. Baru setahun ia memerintah, Mustafa IV harus
turun tahta akibat pemberontakan.
Sultan
Mahmud II, pengganti Mustafa IV melakukan reformasi ekstensif di bidang
politik, ekonomi dan militer dan berharap dapat mengejar ketertinggalan dari
negara-negara Eropa. Langkah awal yang ia lakukan adalah membubarkan janissary
pada tahun 1826 yang selama ini bagaikan duri dalam daging. Reformasi-reformasi
yang dinamakan Tanzimat ini nantinya akan dilanjutkan oleh penerus-penerusnya.
Sayangnya,
reformasi tersebut dibarengi oleh berkembang pesatnya semangat nasionalisme di
daerah-daerah jajahan kesultanan. Perang Kemerdekaan Yunani yang berakhir di
1832 dengan kemenangan Yunani menjadi awal dari pemberontakan-pemberontakan
nasionalis di berbagai wilayah kekuasaan Ottoman. Romania, Serbia dan
Montenegro pun menjadi merdeka pasca Perang Rusia-Turki pada tahun 1877–1878.
Sultan
Abdul Hamid II yang memerintah dari tahun 1876 sampai 1909 adalah sultan terakhir
Ottoman yang mempunyai kekuatan eksekutif atas kesultanan. Ia menggantikan pamannya,
Sultan Abdul Aziz yang dimakzulkan oleh Midhat Pasha, dan menteri-menteri liberal
lainnya yang mengharapkan monarki konstitusional. Abdul Hamid II pun berjanji
kepadanya untuk segera membentuk konstitusi pada tahun 1876 sebelum akhirnya
membatalkannya setahun kemudian dan menjebloskan Midhat Pasha ke penjara.
Sultan Abdul Hamid II |
Enver Pasha |
Perang
Dunia I pun akhirnya meletus pada tahun 1914. Ottoman tergabung dalam pihak Kekuatan
Sentral bersama Jerman, Austria-Hongaria dan negara-negara lain untuk melawan Sekutu
yang terdiri dari Britania Raya, Prancis, Rusia. Setelah peperangan selama empat
tahun, Sekutu keluar sebagai pemenang. Traktat Sevres pun ditandatangani dan secara
sistematis memecah belah wilayah negara Ottoman. Kaum nasionalis yang malu dan
menolak hasil perjanjian tersebut pun memberontak di bawah pimpinan Mustafa Kemal
Ataturk. Mendapatkan bantuan persenjataan dari kaum komunis Bolshevik di Rusia yang
baru saja mengalami revolusi, kaum nasionalis pun berhasil mengusir Sekutu dari
Turki, dan menurunkan Sultan Mehmed VI dari tahtanya pada tanggal 1 November
1922, dan mengakhiri sejarah kesultanan selama 623 tahun. Republik Turki pun
lahir dari abu kematian Ottoman. Khilafah sebagai institusi tetap berlanjut
sampai dibubarkan pada tanggal 3 Maret 1924.
Turunnya Sultan Mehmed VI |
#Jasmerah003
Đơn Vị Ship Chuyển Đồ Tới Croatia Giá Rẻ
BalasHapuschuyển đồ tới Croatia giá rẻ
Dịch vụ vận chuyển gửi đồ đi Croatia
Máy bay điều khiển từ xa 4 cánh loại nào tốt
10 thực phẩm cực tốt cho mắt bị khô
Dầu gió thảo dược thái lan loại nào tốt